Osteoporosis adalah penyakit yang dicirikan oleh rendahnya massa tulang dan kemunduran struktural jaringan tulang, yang menyebabkan kerapuhan tulang. Osteoporosis dimulai dengan penurunan kualitas tulang dan penurunan kepadatan tulang yang menyebabkan kekeroposan tulang. Hasil akhir dari osteoporosis ialah patah tulang."
Kriteria osteoporosis menurut WHO
Berdasarkan densitas massa tulang (pemeriksaan massa tulang dengan menggunakan alat densitometri):
• Normal:Nilai T pada BMD > -1
• Osteopenia:Nilai T pada BMD antara -1 dan -2,5
• Osteoporosis:Nilai T pada BMD < -2,5
• Osteoporosis Berat:Nilai T pada BMD , -2,5 dan ditemukan patah tulang
Osteoporosis bukan cuma “old woman’s disease”. Osteoporosis dapat terjadi hampir pada setiap orang, pada setiap usia.
USA:
• 2 juta pria menderita osteoporosis
• Pada wanita bone loss dapat terjadi sangat awal yaitu pada usia 25 tahun.
Faktor risiko osteoporosis
Faktor risiko yang tidak dapat dikontrol:
• Gender : Wanita mempunyai risiko terjadinya osteoporosis 4 kali lebih besar dari pada pria. Massa tulang pada pria 15 – 20% lebih tinggi dari pada wanita.
• Tulang yang kecil dan kurus : Densitas tulangnya lebih rendah .
• Ras : Wanita Caucasian dan Asia mempunyai risiko osteoporosis yang lebih tinggi.
• Herediter : Riwayat keluarga yang menderita osteoporosis merupakan faktor risiko kemungkinan osteoporosis, hal ini bisa disebabkan oleh kebiasaan makan, olahraga dan lingkungan.
• Menopause atau beberapa bulan tanpa menstruasi : Hal ini karena proses penghancuran tulang terjadi lebih cepat dari pada proses pembentukan tulang, akibat menurunnya kadar estrogen.
• Usia : Pada usia 40 tahun, penghancuran tulang lebih cepat terjadi daripada pembentukan tulang, dan dengan bertambahnya usia risiko osteoporosis akan semakin tinggi.
Faktor risiko yang dapat dikontrol:
• Makan yang rendah kalsium.
• Kurang vitamin D
• Tidak berolahraga
• Kafein : dianjurkan tidak lebih dari 2-3 cangkir kopi sehari, soft drinks
• Alkohol
• Gangguan makan : anorexia nervosa atau bulimia dapat menyebabkan malnutrisi dan kehilangan massa tulang.
• Merokok
• Imobilisasi: tidak atau kurang bergerak
Faktor risiko lainnya
• Penggunaan steroid jangka panjang
• Hyperthyroidism
• Hormon thyroid
• Penggunaan diuretik
• Gagal ginjal
• Hepatitis kronis
• Gangguan usus
Jatuh dan osteoporosis
Jatuh adalah kehilangan keseimbangan yang tidak disengaja yang meyebabkan seseorang tanpa diduga bersentuhan / kontak dengan lantai. Osteoporosis bukan merupakan faktor risiko seseorang menjadi jatuh, tetapi konsekuensi jatuh pada seseorang yang menderita osteoporosis adalah sangat serius.
Siapapun dengan osteoporosis berarti dalam risiko patah tulang akibat jatuh. Osteoporosis sering tidak ada gejala. Kita tidak sadar densitas tulang kita menurun. Oleh karena itu jatuh sangat berbahaya pada orang yang tidak tahu dirinya mempunyai tulang yang tidak solid.
Ada 3 faktor yang menyebabkan patah tulang karena jatuh, yaitu force (gaya) dan arah/sudut jatuh serta seberapa rapuhnya tulang. Besarnya force/gaya jatuh (seberapa keras seseorang mengenai tanah), merupakan faktor yang menentukan apakah akan terjadi patah tulang atau tidak. Contohnya, semakin besar jaraknya, maka semakin besar risikonya untuk terjadi patah tulang, jadi orang yang lebih tinggi akan lebih mudah patah tulang dari pada orang yang lebih pendek jika ia terjatuh. Besarnya sudut jatuh juga memegang peranan penting. Jatuh ke arah sisi samping tubuh atau jatuh ke bawah lebih sering menyebabkan patah tulang dari pada jatuh kearah belakang.
Osteoporosis biasanya menyerang seluruh tulang, tapi patah paling sering terjadi pada tulang panggul, tulang belakang dan tulang pergelangan tangan. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi penderita osteoporosis untuk mencegah jatuh.
Menurut National Institute of Health (NIH), USA:
• Patah tulang panggul: 90% berhubungan dengan osteoporosis
• Jatuh : 9 dari 10 orang tua terjatuh dengan patah tulang panggul
• Patah tulang panggul : 5-20% meninggal dalam satu tahun pertama
• Sebagian besar jatuh : terjadi di rumah sendiri
Inggris
• 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di Inggris menderita osteoporosis.
• Setiap 3 menit, seseorang mendapat patah tulang akibat osteoporosis.
Indonesia:
• Usia harapan hidup perempuan meningkat dari usia 48,1 di tahun 1970 menjadi 70 tahun di pada 2000,
• Usia harapan hidup pada laki-laki lebih rendah yaitu dari usia 45 tahun menjadi 65 tahun.
Menurut Biro Pusat Statistik (berdasar proyeksi penduduk tahun 1990-2025):
• Di tahun 2000, jumlah penduduk usia lanjut mencapai 7,28 % atau sekitar 15,2 juta jiwa dari total jumlah penduduk Indonesia dan akan meningkat di tahun 2020 menjadi 11,34% dari total jumlah penduduk Indonesia.
Data USA Bureau of the Cencus:
• memperkirakan pertambahan warga usia lanjut Indonesia adalah terbesar di dunia yaitu 414% antara 1990- 2025.
Booming atau ledakan kelompok usia lanjut tersebut membutuhkan perhatian khusus. Terutama, peningkatan kualitas hidup mereka agar dapat mempertahankan kesehatan dan kemandiriannya sehingga tidak menjadi beban.
Menurut statistik:
• Hornbrook et al. 1994; Hausdorff et al. 2001:
1/3 penduduk USA yang berusia > 65 tahun terjatuh setiap tahun.
• CDC 2005:
Pada tahun 2003 ada 1,8 juta usia lanjut > 65 tahun, datang ke bagian gawat darurat akibat hal-hal yang berhubungan dengan jatuh, dan lebih dari 421.000 orang harus dirawat inap.
• CDC 2005:
Jatuh merupakan penyebab utama kematian karena kecelakaan pada usia > 65 tahun
• 90% patah tulang yang terjadi pada usia > 65 tahun, disebabkan terjatuh.
Jatuh meningkat sesuai pertambahan usia
• Usia 65-74 tahun : 32 %
• Usia 75-84 tahun : 35 %
• Usia ≥ 85 tahun : 50%
Bagaimana mengurangi risiko jatuh?
Mencegah jatuh merupakan faktor kunci agar hidup bisa tetap aktif dan mandiri di pada orang dengan osteoporosis.
Faktor risiko jatuh
Ada beberapa faktor risiko jatuh:
Lingkungan
• Area jalan yang banyak rintangan
• Pencahayaan kurang
• Lantai licin
• Tidak adanya handrails dan grab bars.
• Lemari/tempat penyimpanan yang sulit dijangkau
• Karpet yag tidak aman
• Kabel listrik yang tidak aman
• Lingkungan yang tidak dikenal
Penglihatan :
• Glaukoma
• Katarak
• Retinopati diabetika
• Degenerasi makular
• Tidak mengenakan kacamata
• Kacamata yang tidak sesuai
Pengobatan :
• Obat tekanan darah
• Obat penenang
• Obat pelemas otot
• Diuretik
Rasa takut :
• Takut jatuh
Kebiasaan :
• Tidak pernah/jarang berolahraga
• Keluar dari tempat tidur atau kursi dengan cepat-cepat.
• Tidak menggunakan kacamata pada malam hari
• Penggunaan alkohol
• Berdiri di atas kursi untuk meraih sesuatu
Alat bantu :
• Sepatu yang tidak sesuai
• Tidak menggunakan alat bantu yang sudah diresepkan/dianjurkan.
Bagaimana pencegahan osteoporosis sehubungannya dengan risiko jatuh?
Secara umum ada 3 macam pencegahan osteoporosis, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier.
Pencegahan primer
Pencegahan primer ditujukan bagi mereka yang belum terkena osteoporosis. Tujuan pencegahanprimer adalah bagaimana terhindar dari osteoporosis. Cara yang paling baik adalah dengan merubah gaya hidup menjadi gaya hidup yang sehat, yaitu :
• Nutrisi yang baik (Diet kaya kalsium)
Sumber Kalsium
– Sayur-sayuran hijau (bayam, brokoli, sawi)
– Ikan teri kering
– Udang kering
– Tahu
– Kacang-kacangan
– Salmon, sardine
– Susu & hasil olahannya
• Berolahraga
Ada 2 jenis olah raga yang dianjurkan untuk pencegahan osteoporosis, yaitu weight bearing exercise dan resistance exercise. Weight bearing exercise adalah olah raga dimana tulang dan otot bekerja melawan gravitasi, jadi ada unsur pembebanan pada tubuh serta penekanan pada sendi dan tulang. Contoh weight bearing exercise adalah berjalan, jogging, tennis, lompat tali, volley, basket, berdansa. Berenang dan naik sepeda bukan merupakan weight bearing exercise, walaupun olahraga ini baik untuk kebugaran jantung dan paru.
Resistance exercise adalah olahraga yang menggunakan kekuatan otot untuk memperbaiki massa otot dan memperkuat tulang. Resistance exercise bisa dilakukan dengan menggunakan beban di sarana kebugaran, atau contoh yang paling sederhana adalah naik turun satu atau dua anak tangga berulang-ulang. Tai chi juga bisa merupakan bagian dari resistance exercise.
• Stop merokok
• Kurangi kafein & alcohol
Merokok, kafein dan alkohol yang berlebihan akan mengurangi penyerapan kalsium.
• Cek kesehatan tulang anda dan obati jika diperlukan
Pencegahan sekunder
Dalam kondisi ini pasien sudah terdiagnosis osteoporosis sehingga upaya pencegahan lebih ditujukan menghindari patah tulang. Pencegahannya sama seperti pencegahan primer.
Sementara latihan fisik yang dianjurkan pada pencegahan sekunder ini lebih bersifat spesifik dan individual. Latihan harus difokuskan pada aktivitas yang membuka dada (extension exercise)”. Tidak melakukan gerakan sit up karena itu akan memperburuk kondisi osteoporosis.
Untuk mencegah patah tulang akibat osteoporosis, maka jangan lupakan pencegahan jatuh. (baca; Aktif mandiri di usia emas). Pemberian hip pad (bantalan pada panggul), dapat membantu mencegah terjadinya patah tulang panggul pada penderita osteoporosis jika terjatuh.
Pencegahan tertier
Pencegahan tertier lebih ditujukan pada pasien osteoporosis yang telah mengalami patah tulang. Dalam kondisi ini diusahakan agar pasien tidak imobilisasi terlalu lama. Sejak awal direncanakan mobilisasi, mulai dari pasif hingga aktif dan berfungsi mandiri agar kualitas hidup tetap terjaga. Sementara obat yang diberikan adalah biphosponate, calcitonin, NSAID bila terasa nyeri.
Program rehabilitasi medis pada pencegahan primer bertujuan untuk
– Mengurangi nyeri
– Meningkatkan mobilitas
– Meningkatkan kemandirian
– Meningkatkan kualitas hidup
Kapan melakukan pemeriksaan densitas tulang (Bone Mineral Density)?
• Mempunyai faktor risiko osteoporosis
• Mempunyai riwayat keluarga osteoporosis
• Riwayat patah tulang setelah usia 45 tahun.
• Menggunakan steroid jangka panjang.
• Postmenopausal, dan tidak dalam estrogen.
Senin, 18 Februari 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar